Tuesday 4 February 2014

AMOEVAX:Vaksin Pertama Pencegah Diare Oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya


Amoevax Prototype
Amoevax Prototype
Penyakit diare menduduki peringkat empat dari sepuluh penyakit penyebab kematian di Indonesia.  Penyebab diare disebabkan terkontaminasinya makanan atau minuman oleh parasit Entamoeba histolytica sehingga menyebabkandysentery amoeba. Penyebarannya banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosio ekonomi lemah dan kebersihan sanitasi yang buruk.

Indonesia sebagai negara tropis sangat rentan sekali terhadap penyebaran penyakit diare. Adapun obat-obatan yang beredar saat ini memiliki tingkat toksisitas yang tinggi dan banyak sekali efek samping yang ditimbulkan berupa mual, leukopenia, neutropenia, dan neuropati perifer.

Permasalahan tersebut mendorong lima mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Ivan, Dewangga, Shafiq, Dwi dan Fitria untuk menemukan cara yang lebih baik dalam mencegah penularan diare tanpa melalui obat-obatan melalui vaksin amoebasis yang diberi nama Amoevax dan telah mendapatkan pendanaan Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian (PKM P) dari Dikti.

Tim PKM AMOEVAX
Tim PKM AMOEVAX
“Amoevax merupakan vaksin pencegah diare dengan menggunakan protein Lec A spesifik yang terdapat pada biofilm Staphylococcus aureus dan biasa ditemukan berkoloni di hidung dan kulit sekitar 25-30% pada orang dewasa yang sehat,” papar Ivan.

Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan struktur protein staphylococcus aureus memiliki kemiripan yang sama dengan entamoeba histolytica yaitu Gal/GalNAc lectin yang secara spesifiknya rekombinan protein pada Gal/GalNAc lectin adalah LecA.

LecA merupakan salah satu komponen pertahanan yang tedapat pada Entamoeba histolyticayang membantu perlekatan protozoa tersebut pada permukaan tertentu misalnya dinding usus yang seterusnya akan terjadinya penghasilan pori-pori kecil dan membantu penyebaran tropozoit ke situs lain. Selain itu, Gal/GalNac lectin Lec A juga bersifat resisten terhadap lisis oleh komplemen serta membantu dalam proses encystment.

“Manusia mempunyai sistem pertahanan  untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh yaitu sistem imun tubuh. Terdapat dua jenis sistem imun yaitu sistem imun innate dan sistem imun adaptif. Inovasi vaksin amoebiasis berfungsi pada sistem imun adaptif manusia,” jelas Ivan.

Dewangga menambahkan vaksin ini sudah diuji cobakan pada tikus wistar dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa pemberian vaksin mampu meningkatan respon antibodi spesifik (IgG) tikus sebagai respon imunitas secara signifikan (p<0 0="" coba="" dan="" dengan="" diinduksi="" dosis="" em="" hasil="" hewan="" igg="" menunjukan="" nbsp="" pearson="" penelitian="" pengaruh="" peningkatan="" signifikan="" telah="" terhadap="" tervaksinasi="" uji="" yang="">Entamoeba histolytica
juga mampu meningkatkan IgG tikus sebagai respon imunitas secara signifikan (p<0 0="" dengan="" dosis="" hasil="" igg="" menunjukan="" p="" pearson="" pengaruh="" peningkatan="" signifikan="" terhadap="" uji="" yang="">

“Hasil penelitian ini akan terus dikembangkan dan harapannya dalam waktu lima tahun mendatang bisa diujicobakan kepada manusia sehingga Indonesia bisa memiliki vaksin pertama dalam pencegahan penyakit diare,” pungkasnya. [rian]

Sumber: http://prasetya.ub.ac.id/

No comments: