Tuesday 4 February 2014

Mahasiswa FK UB Buat Prototype Sistem Pendukung Triase Korban Bencana


Prototype Sistem Pendukung Triase Korban Bencana
Prototype Sistem Pendukung Triase Korban Bencana
Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) membuat prototype teknologi pendukung yang bisa memprioritaskan korban bencana secara lebih efisien.Prototype ini dinamakan Highly Efficient Augmented Reality-based Triage Support (HEARTS).
Wahyu Wiswa Wardhana (Pendidikan Dokter), Rahmat Isman Andyanta (Pendidikan Dokter Gigi), Fredo Tamara (Pendidikan Dokter), Robby Soeyanto (Pendidikan Dokter), dan Lailatul Purwasih Putri (Keperawatan) membuat prototype ini karena memandang sistem penanganan korban bencana berskala besar masih dilakukan secara manual dan kurang efisien.

"Kami membuat prototype ini sebagai sistem pendukung dalam penanganan bencana skala besar. Selama ini, penanganan masih dilakukan secara manual sehingga kurang efisien karena sering terjadi miskomunikasi dan informasi antara tim penyelamat dan medis," kata Fredo.

Prototype Sistem Pendukung Triase Korban Bencana
Prototype Sistem Pendukung Triase Korban Bencana

Prototype yang mempunyai slogan "time saving is live saving"ini berupa software yang diimplementasikan ke dalam dua alat, yaitu Wearable Input dan Head-mounted Display (HMD).Wearable input berfungsi untuk memasukkan data yang dapat terekam ke dalam server. Head-mounted Display berfungsi untuk mengidentifikasi dan menampilkan data korban seperti warna prioritas korban: hitam, merah, kuning, atau hijau.

"Dalam istilah penanganan bencana, warna hitam berarti korban sudah meninggal, merah mengindikasikan nyawa korban terancam dan membutuhkan pertolongan segera, kuning berarti korban mengalami trauma yang tidak mengancam nyawa, sehingga pertolongan dapat ditunda beberapa waktu, dan hijau berarti korban digolongkan walking wounded atau masih bisa berjalan," kata Wahyu.

Prototype yang dibuat oleh kelima mahasiswa tersebut akan membantu pemprioritasan korban bagi tim triase, salah satunya dengan cara merekam data awal berupa denyut jantung dan saturasi oksigen.
Prototype tersebut bahkan bisa digunakan dalam jarak 20 meter.

"Pada saat tim triase melakukan penyisiran di lokasi bencana, tim akan menyeleksi mana korban yang akan didahulukan berdasarkan klinis awal, yakni pernapasan, nadi, dan status mental. Data awal yang sudah diperoleh akan ditampilkan pada HMD secara otomatis sesuai dengan warna yang telah ditentukan," kata Wahyu.

Data awal yang terekam akan membantu tim triase bekerja dengan cepat untuk menindaklanjuti kondisi korban.

"Alat kami secara otomatis akan mengunci lokasi dari posisi pemeriksa," kata Wahyu.
Dalam proses pembuatannya, prototype tersebut mempunyai beberapa kelebihan, yakni dilengkapi dengan sistem database rekam medis kebencanaan secara realtime, sehingga data dapat terkoordinasi dengan lebih mudah.

Selain itu, prototype ini akan terintegrasi dengan GPS dan sistem jaringan (internet) akan bisa memantau kondisi tim triase dari pusat.Prototype dibawah bimbingan dr. Ali Haedar, Sp.EM tersebut telah lolos pendanaan bidang PKM KC Dikti. Prototype tersebut akan terus dikembangkan sehingga mampu berfungsisebagai smart-tagging system, map and database system, networking system, dancoordination system. [Oky]

Sumber: http://prasetya.ub.ac.id/

AMOEVAX:Vaksin Pertama Pencegah Diare Oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya


Amoevax Prototype
Amoevax Prototype
Penyakit diare menduduki peringkat empat dari sepuluh penyakit penyebab kematian di Indonesia.  Penyebab diare disebabkan terkontaminasinya makanan atau minuman oleh parasit Entamoeba histolytica sehingga menyebabkandysentery amoeba. Penyebarannya banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis terutama pada daerah yang sosio ekonomi lemah dan kebersihan sanitasi yang buruk.

Indonesia sebagai negara tropis sangat rentan sekali terhadap penyebaran penyakit diare. Adapun obat-obatan yang beredar saat ini memiliki tingkat toksisitas yang tinggi dan banyak sekali efek samping yang ditimbulkan berupa mual, leukopenia, neutropenia, dan neuropati perifer.

Permasalahan tersebut mendorong lima mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Ivan, Dewangga, Shafiq, Dwi dan Fitria untuk menemukan cara yang lebih baik dalam mencegah penularan diare tanpa melalui obat-obatan melalui vaksin amoebasis yang diberi nama Amoevax dan telah mendapatkan pendanaan Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian (PKM P) dari Dikti.

Tim PKM AMOEVAX
Tim PKM AMOEVAX
“Amoevax merupakan vaksin pencegah diare dengan menggunakan protein Lec A spesifik yang terdapat pada biofilm Staphylococcus aureus dan biasa ditemukan berkoloni di hidung dan kulit sekitar 25-30% pada orang dewasa yang sehat,” papar Ivan.

Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan struktur protein staphylococcus aureus memiliki kemiripan yang sama dengan entamoeba histolytica yaitu Gal/GalNAc lectin yang secara spesifiknya rekombinan protein pada Gal/GalNAc lectin adalah LecA.

LecA merupakan salah satu komponen pertahanan yang tedapat pada Entamoeba histolyticayang membantu perlekatan protozoa tersebut pada permukaan tertentu misalnya dinding usus yang seterusnya akan terjadinya penghasilan pori-pori kecil dan membantu penyebaran tropozoit ke situs lain. Selain itu, Gal/GalNac lectin Lec A juga bersifat resisten terhadap lisis oleh komplemen serta membantu dalam proses encystment.

“Manusia mempunyai sistem pertahanan  untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh yaitu sistem imun tubuh. Terdapat dua jenis sistem imun yaitu sistem imun innate dan sistem imun adaptif. Inovasi vaksin amoebiasis berfungsi pada sistem imun adaptif manusia,” jelas Ivan.

Dewangga menambahkan vaksin ini sudah diuji cobakan pada tikus wistar dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa pemberian vaksin mampu meningkatan respon antibodi spesifik (IgG) tikus sebagai respon imunitas secara signifikan (p<0 0="" coba="" dan="" dengan="" diinduksi="" dosis="" em="" hasil="" hewan="" igg="" menunjukan="" nbsp="" pearson="" penelitian="" pengaruh="" peningkatan="" signifikan="" telah="" terhadap="" tervaksinasi="" uji="" yang="">Entamoeba histolytica
juga mampu meningkatkan IgG tikus sebagai respon imunitas secara signifikan (p<0 0="" dengan="" dosis="" hasil="" igg="" menunjukan="" p="" pearson="" pengaruh="" peningkatan="" signifikan="" terhadap="" uji="" yang="">

“Hasil penelitian ini akan terus dikembangkan dan harapannya dalam waktu lima tahun mendatang bisa diujicobakan kepada manusia sehingga Indonesia bisa memiliki vaksin pertama dalam pencegahan penyakit diare,” pungkasnya. [rian]

Sumber: http://prasetya.ub.ac.id/